rsudcilacap.id – Penyakit Hepatitis merupakan gangguan yang menimbulkan inflamasi pada organ hati. Penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi virus, konsumsi alkohol berlebihan, paparan zat beracun, atau penggunaan obat-obatan tertentu.

Ada dua jenis hepatitis berdasarkan sifatnya, yakni akut dan kronis. Penyakit Hepatitis akut biasanya terjadi secara mendadak dalam rentang waktu yang relatif singkat.

Di sisi lain, penyakit hepatitis kronis berkembang secara perlahan dan berlangsung dalam jangka waktu yang panjang. Sayangnya, baik hepatitis akut maupun kronis dapat mengganggu fungsi berbagai organ tubuh, khususnya yang terkait dengan proses metabolisme.

Hal ini terjadi karena hati memiliki peran sentral dalam metabolisme tubuh, termasuk produksi empedu, detoksifikasi zat-zat berbahaya, serta aktivasi enzim-enzim yang penting.

Apa Tanda-tanda Awal Penyakit Hepatitis?

Penyakit ini tidak selalu menunjukkan tanda-tanda. Tanda-tandanya muncul setelah terjadi kerusakan pada hati yang memengaruhi fungsinya.

Jika bersifat akut, gejala dapat muncul dengan cepat.

Berikut adalah sejumlah tanda dan gejala yang umumnya dialami oleh penderita penyakit ini:

  • Gejala seperti flu, mual, muntah, demam, dan kelemahan.
  • Feses berwarna terang.
  • Kulit dan mata menguning.
  • Nyeri perut.
  • Penurunan berat badan.
  • Urin berwarna gelap seperti teh.
  • Kehilangan nafsu makan.

Penyakit Hepatitis

Apa yang Menyebabkan Penyakit Hepatitis?

Kondisi ini dapat timbul akibat infeksi maupun faktor lainnya. Berbagai virus yang perlu diperhatikan meliputi:

1. Penyakit Hepatitis A

Penyebabnya adalah virus hepatitis A (HAV). Penularannya dapat terjadi melalui konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh feses penderita.

2. Penyakit Hepatitis B

Virus hepatitis B (HBV) merupakan penyebab utama penyakit ini. Biasanya menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh penderita, termasuk darah, cairan vagina, dan air mani.

3. Penyakit Hepatitis C

Infeksi virus hepatitis C (HCV) menjadi penyebab hepatitis C. Penularannya terutama melalui kontak dengan darah terinfeksi, seperti berbagi jarum suntik atau hubungan seksual tanpa pengaman.

4. Penyakit Hepatitis Delta

Kategori lain yang perlu diperhatikan adalah penyakit hepatitis Delta, diinduksi oleh virus hepatitis D (HDV). Virus ini tidak dapat berkembang tanpa adanya infeksi hepatitis B.

Penularan penyakit ini terjadi melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh lainnya.

5. Penyakit Hepatitis F

Virus hepatitis E (HEV) menjadi penyebab utama hepatitis F. Terutama ditemukan di daerah dengan sanitasi yang kurang baik, virus dapat mencemari sumber air dan menyebabkan penularan.

6. Autoimun Hepatitis

Dalam beberapa kejadian, sistem kekebalan tubuh menyerang hati dengan kesalahan identifikasi sebagai ancaman.

Ini mengakibatkan peradangan pada hati, yang dapat berkisar dari ringan hingga parah, dan sering kali menghambat fungsi organ tersebut.

Wanita cenderung lebih rentan terhadap penyakit ini dibandingkan pria.

Meskipun penyebabnya belum sepenuhnya dipahami, ada kemungkinan hubungannya dengan kondisi autoimun lainnya seperti tiroiditis, diabetes tipe 1, anemia hemolitik, penyakit celiac, dan kolitis ulseratif.

7. Penyakit Hepatitis Neonatal

Peradangan hati yang disebut juga penyakit hepatitis neonatal hanya muncul pada awal kehidupan bayi, biasanya antara satu hingga dua bulan setelah kelahiran.

Menurut Johns Hopkins Medicine, sekitar 20 persen dari bayi dengan kondisi ini terinfeksi oleh virus yang menyebabkan peradangan sebelum lahir, yang ditularkan dari ibu ke anak.

Selain itu, penyebab lain dari kondisi ini setelah kelahiran dapat meliputi infeksi virus seperti sitomegalovirus, rubella (campak Jerman), dan virus hepatitis A, B, atau C.

Sementara itu, pada sebagian besar kasus lainnya, virus penyebab tidak dapat diidentifikasi secara spesifik.

8. Alcoholic Hepatitis

Penggunaan alkohol secara berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan dan peradangan pada organ hati.

Kondisi ini dikenal sebagai hepatitis alkoholik. Penting untuk dicatat bahwa alkohol dapat merusak sel-sel hati secara langsung.

Seiring berjalannya waktu, kerusakan ini dapat menjadi permanen, menyebabkan pembentukan jaringan parut atau penebalan pada hati (sirosis) dan bahkan dapat menyebabkan gagal hati.

9. Drug-Induced Hepatitis

Penyakit ini disebabkan oleh penggunaan obat-obatan dalam dosis yang berlebihan.

Sebagai akibatnya, hati dapat mengalami peradangan atau kerusakan karena harus memproses obat-obatan yang berlebihan yang Anda konsumsi.

10. Penyakit Hepatitis from Liver Worms

Penyakit ini juga dapat disebabkan oleh infeksi cacing hati, seperti opisthorchiidae dan fasciolidae.

Infeksi cacing hati dapat terjadi ketika seseorang sering mengonsumsi makanan mentah atau tidak matang, serta makanan yang terkontaminasi oleh larva cacing hati.

11. Acute Cryptogenic Hepatitis

Penyebab penyakit ini belum diketahui dengan pasti, sehingga disebut juga hepatitis akut kriptogenik.

Meskipun demikian, para ahli menduga bahwa penyakit ini mungkin terkait dengan Adenovirus dan SARS-CoV-2. Kelompok usia rentan terhadap penyakit ini adalah anak-anak berusia 1 bulan hingga 16 tahun.

Penyakit Hepatitis

Faktor Risiko Penyakit Hepatitis

Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami gejala penyakit hepatitis, antara lain:

1. Faktor Lingkungan

Contoh faktor lingkungan yang dapat menjadi pemicu atau penyebab penyakit ini termasuk:

  • Air yang tidak memenuhi standar untuk dikonsumsi atau digunakan untuk membersihkan peralatan makan.
  • Kekurangan fasilitas sanitasi; seperti toilet atau tempat cuci tangan.
  • Kontak dengan jarum suntik bekas, alat suntik, atau objek lain yang terkontaminasi oleh darah yang mengandung virus.

2. Gaya Hidup

Terdapat beberapa perilaku atau aktivitas yang memiliki risiko terpapar virus, bahan kimia berbahaya, atau zat penyebab penyakit ini, seperti:

  • Berbagi jarum suntik atau benda lainnya.
  • Berhubungan seksual tanpa pengaman; tidak menggunakan kondom saat berhubungan seks atau memiliki banyak pasangan seksual.
  • Pekerjaan di lingkungan yang terpapar bahan kimia berbahaya. Misalnya, pekerja kebersihan, pelukis, tenaga medis, atau petani, berada pada risiko tinggi terkena hepatitis.
  • Mengonsumsi air yang belum dimasak dengan sempurna atau makanan yang tidak diproses dengan baik dan aman.
  • Penggunaan alkohol secara berlebihan dalam jangka waktu yang lama.
  • Mengonsumsi obat-obatan yang dapat mempengaruhi kondisi ini.

3. Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan seseorang juga dapat mempengaruhi risiko terkena penyakit ini. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko termasuk:

  • Belum divaksinasi.
  • Mengalami infeksi akut atau kronis oleh satu atau lebih jenis virus.
  • Kondisi autoimun.
  • Lahir dari ibu yang terinfeksi virus hepatitis B.

Diagnosis Penyakit Hepatitis

Langkah awal dalam mendiagnosis kondisi ini adalah dengan menanyakan riwayat timbulnya gejala hepatitis dan mengidentifikasi faktor risiko yang mungkin dimiliki oleh penderitanya.

Setelah itu, dilakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda atau kelainan fisik yang mungkin muncul pada penderita.

Contohnya, dengan melakukan tekanan pada perut untuk menemukan pembesaran hati atau memeriksa kulit dan bola mata untuk melihat perubahan warna menjadi kuning.

Ada beberapa tes lain yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis kondisi ini, antara lain:

1. Evaluasi Fungsi Hati

Tes ini menggunakan sampel darah untuk menilai seberapa efisien hati dalam melakukan fungsinya.

Hasil dari evaluasi fungsi hati ini dapat memberikan petunjuk adanya masalah pada hati, terutama jika tidak ada gejala yang tampak selama pemeriksaan fisik. Jika tingkat enzim hati tinggi, hal ini bisa menunjukkan bahwa organ tersebut sedang mengalami tekanan, kerusakan, atau masalah lainnya.

2. Analisis Darah

Jika terdapat kecurigaan bahwa hati tidak bekerja dengan baik, dokter dapat melakukan analisis darah untuk menemukan sumber masalahnya.

Prosedur ini dapat membantu dalam mendeteksi keberadaan virus dalam darah atau kondisi antibodi tubuh yang mungkin terkait dengan penyakit hepatitis autoimun.

3. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan ini menggunakan gelombang ultrasonik untuk menciptakan gambaran tentang kondisi hati.

Dengan tes ini, dokter dapat memeriksa hati serta organ-organ di sekitarnya, termasuk deteksi kerusakan hati, keberadaan tumor hati, atau kelainan pada kandung empedu.

4. Biopsi Hati

Prosedur ini melibatkan pengambilan sampel jaringan dari hati untuk dianalisis lebih lanjut.

Sampel ini digunakan untuk menentukan adanya infeksi atau peradangan pada hati serta untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang area-area yang terpengaruh atau bermasalah pada organ tersebut.

Penyakit Hepatitis

Pengobatan untuk Penyakit Hepatitis

Biasanya, penyakit hepatitis A, B, dan E dalam bentuk akut jarang memerlukan terapi khusus.

Jika diperlukan, fokus terapi akan difokuskan pada meredakan gejala-gejala hepatitis yang timbul (seperti mual, muntah, dan sakit perut).

Pemberian obat-obatan harus dilakukan dengan hati-hati, mengingat fungsi hati penderita sedang terganggu.

Berikut adalah beberapa opsi terapi yang sesuai dengan jenis dan kondisi hepatitis:

1. Pengobatan antivirus

Jika penyakit menjadi kronis, dokter mungkin akan memberikan pengobatan antivirus dengan tujuan menghambat perkembangan virus.

Selain itu, obat antivirus dapat membantu mencegah kerusakan hati yang lebih lanjut.

Dokter biasanya akan meresepkan antiviral seperti entecavir, ribavirin, atau tenofovir.

Obat-obatan tersebut berguna bagi penderita hepatitis B atau C kronis.

2. Imunosupresan

Jika penyakit disebabkan oleh kondisi autoimun, pengobatan dapat melibatkan penggunaan imunosupresan.

Khususnya, golongan kortikosteroid seperti prednison dan budesonid.

Selain itu, dokter mungkin akan meresepkan obat seperti azathioprine, mikofenolat, takrolimus, dan siklosporin.

3. Pengobatan interferon

Tujuan penggunaan obat ini juga untuk menghentikan penyebaran virus dan mengurangi kerusakan pada hati.

Biasanya, dokter akan memberikan pengobatan interferon melalui suntikan setiap minggu selama periode 6 bulan.

4. Terapi antiparasit hati

Jika penyakit ini disebabkan oleh infeksi parasit hati, pengobatan yang diresepkan dokter akan disesuaikan dengan jenis parasit yang menyebabkannya.

Sebagai contoh, obat praziquantel atau albendazole dapat digunakan untuk membunuh parasit clonorchiasis.

Sedangkan jika infeksi disebabkan oleh parasit fasciolosis, dokter mungkin akan meresepkan obat triclabendazole dan mungkin nitazoxanide.

5. Operasi transplantasi hati

Jika kerusakan pada hati sudah mencapai tingkat yang parah, dokter mungkin akan merekomendasikan prosedur transplantasi hati.

Tindakan ini melibatkan penggantian hati yang rusak dengan hati yang sehat dari seorang donor. 

Pencegahan Penyakit Hepatitis

Ada beberapa langkah yang dapat Anda ambil untuk mencegah atau mengurangi risiko terkena penyakit ini.

Namun, semua ini bergantung pada jenis penyakit hepatitis yang Anda hadapi.

Sebagai contoh, pastikan untuk membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol sepenuhnya.

Berikut adalah beberapa tindakan pencegahan yang bisa Anda lakukan:

  • Mengikuti program vaksinasi. Saat ini, terdapat vaksin yang efektif untuk hepatitis A dan B, meskipun belum ada vaksin untuk penyakit hepatitis C.
  • Mengurangi atau menghindari konsumsi alkohol.
  • Menjaga kebersihan air yang digunakan.
  • Mencuci bersih bahan makanan yang akan Anda konsumsi, terutama kerang, sayuran, dan buah-buahan.
  • Tidak berbagi sikat gigi, pisau cukur, atau jarum suntik dengan orang lain.
  • Hindari kontak langsung dengan darah tanpa menggunakan sarung tangan pelindung.
  • Melakukan hubungan seks yang aman, seperti menggunakan kondom atau mempertahankan kesetiaan pada satu pasangan.

Masalah Komplikasi Penyakit Hepatitis

Setiap varian memiliki tingkat keparahan yang berbeda-beda. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menemukannya di sini → Derajat Hepatitis dari yang Paling Ringan

Namun, tidak peduli jenisnya, jika dibiarkan tanpa penanganan, gejala hepatitis dapat memicu berbagai masalah tambahan, termasuk:

  • Cirrhosis hati, yaitu kondisi di mana hati terlalu banyak jaringan parut sehingga fungsinya terganggu.
  • Liver sirosis, merupakan tahap lanjut dari fibrosis hati.
  • Kanker hati, bisa muncul sebagai akibat dari sirosis.
  • Gagal hati. Meskipun jarang terjadi, gagal hati adalah kondisi serius yang dapat berakibat fatal.
  • Glomerulonefritis, yaitu gangguan ginjal yang disebabkan oleh peradangan yang sering kali terkait dengan respon imun.
  • Cryoglobulinemia, suatu penyakit langka yang terjadi karena adanya protein abnormal yang menyumbat pembuluh darah kecil.
  • Ensefalopati Hepatik. Kondisi yang terjadi ketika fungsi hati menurun secara signifikan, seperti pada kasus gagal hati, yang dapat menyebabkan peradangan otak yang disebut ensefalopati.
  • Hipertensi portal, terjadi ketika aliran darah ke hati terhambat karena sirosis dan masalah lainnya.
  • Porfiria, merupakan komplikasi langka dari infeksi hepatitis C kronis.
  • Koinfeksi virus, yaitu ketika seseorang terinfeksi oleh dua virus pada saat yang sama.