rsudcilacap.id – Secara normal, sistem kekebalan tubuh berfungsi untuk melindungi tubuh dari serangan organisme asing, seperti bakteri atau virus. Ketika terpapar organisme asing, sistem kekebalan tubuh akan melepaskan protein yang disebut antibodi untuk melawan dan mencegah perkembangan penyakit.

Namun, pada penderita penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh menganggap sel tubuh yang sehat sebagai benda asing. Akibatnya, antibodi yang dilepaskan oleh sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat tersebut.

Penyebab Penyakit Autoimun

Penyebab pasti penyakit autoimun masih belum diketahui. Meskipun demikian, ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit autoimun, antara lain:

  • Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
  • Infeksi bakteri atau virus, seperti infeksi virus Epstein Barr
  • Paparan bahan kimia, seperti asbes, merkuri, dioksin, atau pestisida
  • Kebiasaan merokok
  • Kelebihan berat badan atau obesitas

Selalu penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk diagnosis yang tepat dan perencanaan pengobatan yang sesuai.

Penyakit Autoimun

Gejala Penyakit Autoimun

Terdapat beberapa gejala umum penyakit autoimun, seperti:

  • Sering merasa lemas
  • Otot pegal atau nyeri sendi
  • Ruam kulit
  • Demam yang hilang timbul
  • Bengkak di sendi atau wajah
  • Rambut rontok
  • Sulit konsentrasi
  • Kesemutan di tangan atau kaki

Walaupun gejala awal seringkali serupa, setiap penyakit autoimun memiliki ciri khasnya sendiri. Sebagai contoh, diabetes tipe 1 mungkin menunjukkan gejala seperti sering haus, kelelahan, dan penurunan berat badan yang drastis.

Berikut beberapa contoh penyakit autoimun beserta gejalanya:

  • Lupus

Lupus dapat memengaruhi hampir semua organ tubuh. Gejalanya mencakup demam, nyeri sendi dan otot, ruam kulit, sensitivitas kulit, sariawan, bengkak di tungkai, sakit kepala, kejang, nyeri dada, sesak napas, pucat, dan perdarahan.

  • Penyakit Graves

Penyakit Graves dapat menunjukkan tanda-tanda seperti penurunan berat badan yang drastis, kelopak mata yang menonjol (eksoftalmus), kerontokan rambut, detak jantung yang cepat, rasa gelisah, dan kesulitan tidur.

  • Psoriasis

Penyakit ini dapat dikenali dari munculnya bercak merah yang tebal dan bersisik pada kulit.

  • Multiple sclerosis

Gejala yang mungkin muncul akibat multiple sclerosis melibatkan sensasi mati rasa di salah satu bagian tubuh, gangguan penglihatan, otot yang kaku dan lemah, koordinasi tubuh yang menurun, dan rasa kelelahan.

  • Myasthenia gravis

Gejala yang mungkin dialami sebagai akibat myasthenia gravis melibatkan kelopak mata yang kendur, penglihatan yang kabur, kelemahan otot, kesulitan bernapas, dan kesulitan menelan.

  • Tiroiditis Hashimoto

Penyakit ini dapat menunjukkan gejala seperti peningkatan berat badan yang tiba-tiba, sensitivitas terhadap udara dingin, mati rasa di tangan dan kaki, kelemahan, kelelahan, kerontokan rambut, menstruasi yang tidak teratur, dan kesulitan berkonsentrasi.

  • Kolitis ulseratif dan Crohn’s disease

Gejala yang mungkin dialami pada kedua penyakit ini termasuk nyeri perut, diare, buang air besar berdarah, demam, dan penurunan berat badan.

  • Rheumatoid arthritis

Penderita rheumatoid arthritis mungkin mengalami gejala seperti nyeri, kemerahan, dan pembengkakan di sendi, terutama di sendi jari-jari tangan.

  • Sindrom Guillain-Barré

Sindrom ini dapat menimbulkan gejala seperti kelemahan otot, sensasi kesemutan, kelelahan, dan gangguan keseimbangan, yang dalam kondisi yang lebih parah dapat berkembang menjadi kelumpuhan.

  • Vaskulitis

Vaskulitis dapat dikenali melalui gejala seperti demam, penurunan berat badan yang tiba-tiba, kelelahan, kehilangan nafsu makan, dan ruam kulit. Gejala penyakit autoimun dapat mengalami flare, yaitu timbulnya gejala secara tiba-tiba dengan tingkat keparahan yang tinggi. Flare biasanya dipicu oleh faktor tertentu, seperti paparan sinar matahari atau stres.

Penyakit Autoimun

Kapan Harus Mengunjungi Dokter

Apabila Anda mengalami gejala awal yang telah disebutkan sebelumnya, terutama jika Anda memiliki risiko terkena penyakit autoimun, sebaiknya lakukan pemeriksaan ke dokter.

Segera berkonsultasi dengan dokter jika gejala yang Anda alami tidak kunjung membaik, mengalami perburukan, atau jika muncul gejala khusus.

Proses Diagnosa Penyakit Autoimun

Dalam mendiagnosis penyakit autoimun, dokter akan melakukan wawancara mengenai gejala dan riwayat kesehatan pasien, termasuk riwayat penyakit dalam keluarga. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh.

Mendiagnosis penyakit autoimun bukan tugas yang mudah bagi dokter. Meskipun setiap penyakit autoimun memiliki ciri khasnya sendiri, gejala yang muncul dapat serupa. Oleh karena itu, dokter umumnya akan melibatkan pemeriksaan penunjang berikut untuk memastikan diagnosis:

  • Uji ANA (antinuclear antibody) untuk mengevaluasi aktivitas antibodi yang menyerang tubuh.
  • Uji autoantibodi untuk mendeteksi karakteristik antibodi dalam tubuh.
  • Tes darah lengkap untuk mengukur jumlah sel darah merah dan sel darah putih.
  • Uji C-Reactive protein untuk mengidentifikasi tanda peradangan dalam tubuh.
  • Uji sedimentasi eritrosit untuk menilai tingkat keparahan peradangan dalam tubuh.

Terapi Penyakit Autoimun

Banyak dari penyakit yang masuk dalam kategori autoimun belum memiliki solusi penyembuhan mutlak. Meskipun demikian, gejala yang muncul dapat dikelola dan upaya pencegahan dapat diambil untuk menghindari terjadinya flare-up.

Penanganan terhadap penyakit autoimun bervariasi tergantung pada jenis penyakit, gejala yang dialami, dan tingkat keparahannya. Pendekatan penanganannya mencakup:

Pilihan Pengobatan

Berbagai metode pengobatan yang dapat digunakan untuk mengatasi penyakit autoimun mencakup:

  • Analgesik nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs), seperti ibuprofen dan naproxen, yang bertujuan mengurangi rasa sakit dan demam.
  • Imunosupresan, seperti kortikosteroid, yang berfungsi menekan aktivitas sistem kekebalan tubuh untuk memperlambat perkembangan penyakit dan menjaga fungsi organ tubuh.
  • Terapi anti-TNF, seperti infliximab, yang digunakan untuk mencegah peradangan pada kondisi autoimun seperti rheumatoid arthritis dan psoriasis.

Pengobatan hormon substitusi

Pengobatan hormon substitusi diterapkan ketika seseorang mengalami gangguan autoimun yang menghambat produksi hormon alami dalam tubuh. Sebagai contoh, penyuntikan insulin dapat digunakan untuk mengatur tingkat gula darah pada individu yang mengidap diabetes tipe 1, atau pemberian hormon tiroid untuk mengatasi kondisi tiroiditis.

Penyakit Autoimun

Dampak Penyakit Autoimun

Penyakit autoimun seringkali dapat menghasilkan sejumlah komplikasi serius, termasuk:

  • Gangguan pada Sistem Kardiovaskular
  • Kerusakan pada Sistem Saraf
  • Pembentukan Gumpalan Darah pada Pembuluh Darah Dalam (Deep Vein Thrombosis)
  • Kerusakan pada Organ Tertentu, seperti hati atau ginjal
  • Gangguan Mental seperti Depresi atau Kecemasan

Upaya Pencegahan Penyakit Autoimun

Meskipun penyakit autoimun umumnya terkait dengan faktor genetik dan sulit untuk dicegah sepenuhnya, terdapat beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit autoimun, yakni:

  • Melakukan Aktivitas Fisik secara Teratur
  • Menghindari Kebiasaan Merokok
  • Menjaga Berat Badan dalam Rentang Ideal
  • Menggunakan Peralatan Pelindung ketika Berhadapan dengan Bahan Kimia
  • Rutin Mencuci Tangan dengan Benar untuk Mencegah Infeksi Virus dan Bakteri