Bos WHO yang telah pensiun Menyarankan Inklusi KLB Polio dalam Agenda Debat Capres

rsudcilacap.id – Profesor Tjandra Yoga Aditama, mantan Direktur World Health Organization (WHO) Asia Tenggara, mengajukan saran untuk memasukkan Kejadian Luar Biasa KLB Polio sebagai topik yang dibahas dalam debat calon presiden dan wakil presiden menjelang Pemilu 2024.

Isu-isu kesehatan akan menjadi fokus dalam debat capres kelima yang dijadwalkan pada 4 Februari 2024. Pembahasan tentang kesehatan akan bersanding dengan topik-topik seperti teknologi informasi, peningkatan pelayanan publik, hoaks, intoleransi, pendidikan, dan ketenagakerjaan.

Tjandra berharap agar pembahasan tentang kesehatan dapat menjadi salah satu aspek dalam debat capres, khususnya terkait dengan KLB Polio yang sedang berlangsung. Perbincangan mengenai KLB Polio juga relevan dengan tema lingkungan hidup, yang akan dibahas dalam debat capres keempat pada Minggu, 21 Februari 2024.

“Walaupun KLB Polio tidak menimbulkan sejumlah besar kasus dan mungkin tidak berdampak secara signifikan pada epidemiologi, setidaknya terdapat tiga elemen dari KLB Polio yang dapat dijadikan pembelajaran bagi masyarakat dan pemerintah,” kata Tjandra.

“Sebaiknya dibahas dalam tahap debat calon presiden dan wakil presiden,” sambungannya.

Ada tiga poin yang ingin disampaikan oleh Tjandra:

KLB Polio

1. Keberadaan KLB Polio saat ini dipicu oleh poliovirus yang berasal dari vaksin yang bersirkulasi (cVDPV)

Virus ini muncul di komunitas yang tidak menerima vaksinasi KLB polio secara lengkap, terutama di wilayah dengan kebersihan dan sanitasi yang buruk, serta pemukiman padat yang dikenal sebagai Social Determinants of Health (SDOH).

“Sebaiknya kita diskusikan dalam debat keempat, terutama dalam konteks lingkungan hidup,” ujar Tjandra melalui pernyataan tertulis yang diterima oleh Health-Liputan6.com pada Sabtu (20/1/2024).

KLB Polio

2. Indonesia tergolong dalam kategori negara berkembang terkait kasus Polio

Dalam situasi Polio saat ini, WHO menempatkan Indonesia dalam kategori kedua, sebagai negara yang memiliki kasus cVDPV2, dengan atau tanpa penularan lokal. Indonesia berada di antara 27 negara lainnya, termasuk Algeria, Botswana, Côte d’Ivoire, Guinea, Israel, Kenya, Malawi, Nigeria, Somalia, Tanzania, Yemen, hingga Zimbabwe.

Di tanah air, kita melangkah menuju Indonesia Emas 2045, namun masih ada tanggung jawab terkait isu-isu kesehatan lain, seperti tuberkulosis dan lepra.

“Semua ini menunjukkan bahwa situasi kesehatan di dunia masih belum memuaskan,” ungkap Tjandra.

KLB Polio

3. Tingkat cakupan vaksinasi polio yang rendah

“Pentingnya vaksinasi polio tidak bisa diabaikan, terutama mengingat cakupan yang rendah yang menjadi penyebab KLB saat ini. Perlu dicermati juga dampak penyebaran informasi palsu terkait vaksin sebagai salah satu tema penting dalam diskusi kelima,” ujar Tjandra.

Tentang Kejadian Polio di Indonesia

Pada akhir 2023 dan awal 2024, Kementerian Kesehatan mengkonfirmasi Keadaan Darurat KLB polio setelah menemukan kasus lumpuh layu akibat infeksi virus Polio di Kabupaten Pamekasan dan Sampang, Jawa Timur; serta Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Dampak dari kejadian tersebut, pemerintah menyelenggarakan dua putaran Sub Program Imunisasi Polio (Sub PIN Polio) di seluruh Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Tengah, dan Sleman, DIY yang berdekatan dengan Klaten.

“Komite Imunisasi Nasional bersama pemerintah telah merekomendasikan respon cepat terhadap KLB ini dengan memberikan dosis tambahan imunisasi, yang dikenal sebagai Sub Pekan Imunisasi Polio (Sub PIN Polio),” ungkap Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Maxi Rein Rondonuwu, beberapa waktu yang lalu.